catatan sipil

" Karena Kita Adalah Buku Yang Berjalan "


Kenapa Harus di Awali dengan Pacaran?


         Di sebuah SMA 1 di daerah jawa timur, ada sebuah kelas yang begitu sepi dan tenang tiba-tiba saja terjadi kegaduhan dan hampir-hampir mengakibatkan perkelahian, Kenapa? pekelahian yang spektakuler, bukan antar murid dengan murid, tapi seorang guru dengan murid. waktu itu murid tersebut menanyakan : "ustadz pacaran itu boleh ga?" sang guru menjawab : "itu haram !"  ketika itu pula murid itu begitu marahnya dan hampir-hampir memukul sang guru.

        Ironis dan sunguh ironis, kondisi kelas yang harusnya di warnai dengan ketenangan dan keilmuan tiba-tiba saja diwarnai dengan kegaduhan di karnakan hal yang cukup biasa. hal yang sering di bicarakan, hala yang sering dibahas, topik yang selalu hangat di bicarakan di kalangan remaja. sering kali pacaran disalah artikan dan disalah gunakan dan dimasuk-masukan dalam katagori kebaikan.

kali ini, aa' tidak membahas secara detail tentang pacaran beserta akar-akarnya, tapi sedikit menyinggu tentang pacaran berkedok ta'aruf secara umum.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.

"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (Q.S 49:13)

       Betapa indahnya Islam mengajarkan cara bersosialisa dan bemuamalah dengan cara yang luar biasa, tidak menjatuhkan dalam kesialan, selalu eksistensi dalam memegang rambu-rambu sopan santun, selalu mengedepankan moral dan tidak menjatuhnya dikarnakan seorang akan mulia jika moralnya mulia dan begitupun sebaliknya.
"Bukanlah misikin itu yang kehilangn orang tuanya, tapi yang miskin itu ketika ia kehilangan moralnya"
Islam selalu mengedapankan moral dan tidak menyampingkan yang lain, Allah yang Maha Pengasih mengajrakan kita melalui kalamNya, apalah arti seorang anak tampa orang tua, dan apalah arti seorang hampa tampa Rabbnya. kalau kita mencoba menelaah ayat di atas, sungguh indaha melahirkan keindahan dan tidak ada habisnya mentadaburinya,, Allah Subhanahu wa ta'aala menerangkan dan menjelaskan akan tujuan dan dampak dari dicipkannya manusia yang berlainan jenis, dikatakan kami menciptkan laki-laki dan perempuan tidak lain dan tidak bukan supaya agar kita mengenal satu sama lain. konsep yang kita pake adalah lafadz, bukanlah dikatakan agar supaya kamu berpacaran. sering kali kita para remaja selalu dan selau mengedepankan ego ketika berpicara pacaran. kenapa? karena setan tidak akan tinggal diam. tapi kan ta'aruf atau saling mengenal itu ada caranya, dan salah satunya bisa lewat pacaran.! itu adalah pemikiran sesat, dalam melahirkan kebaikan tidak ada pencampuran antara baik dan buruk 
 وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Q.S 2 :42)

        Tapi dalam kamus Islam ga ada larangan pelangan pacaran tuh.! kata sapa? kenapa kita selalu dan selalu diperintahkan untuk mentadburi Al-Qur'an? itu semua agar kita selalu berpikir dan berpikir, dan sesungguhnya Allah lebih mengetahui dari pada kita. 
    وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا.
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."  (Q.S 17:32)

suatu hal yang besar pasti awali dengan hal yang kecil, dan hal yang kecil pasti berakibat besar.. sama halnya dengan zina.. tidak mungkin tau-tau langsung zina. Nah ayat di atas begitu jelasnya dan Allah sudah mengaturnya sebelum tejadi. iya dalam islam tidak ada larangnanya, tapi dalam islam ada larangan akibatnya. larangan akibat berujung pada larangan yang menjerumus ke situ. dan juga kalau dilihat dari lafadznya adalah laranagn zina, yang dimaksud zina bukan hanya maaf berhubungan badan layaknya suami-istri, bisa saja zina mata, zina tangan, zina lidah dsb.
“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisir atau diwujudkan) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR. Bukhari)

       Kenapa harus diawali dengan pacaran? apa tidak ada yang lebih baik dan enak. pelarian pacaran yang berkedok ta'aruf bukanlah hal yang tepat, dikarnakan banyak yang pacaran tapi hidupnya tidak tenang dan menyalahi fitrah ta'aruf. selalu waswas khawatir diputusin..Loh? kok khawatir diputusin? pasti ada apa-apanya nih. masa' ta'aruf ada pembukaan dan penutupan, penutupan di akhiri dengan putus, bukan tamabah kacau?. sebenarnya orang-orang islam tahu akan larangan pacaran itu sendiri, tapi hawa nafsunya yang mengalahkannya, penuh dengan khawatiran dkk. kalau tidak pacaran nanti tidak dapat jodoh, kalau tidak pacaran khawatir nanti pas nikah ketahuan jeleknya, kalau tidak pacaran nikaha tidak harmonis dll. itu semua adalah pemikiran sesat. kata siapa harus di awali dengan pacaran? kita tengok Rasulullah dan para sahabatnya, apa mereka pacaran? kita harus meneladani mereka, jangan sampai kita bilang banyak juga yang di awali pacaran tapi hidupnya bahagia. berarti kita mengawali kebaiakn dengan kejelekan? apa untungnya? ketika prosesi nikah akan tersa indah dan luar biasa ketika kita tidak mengawali dengan pacaran, beda rasanya dengan yang diawali dengan pacaran.

         Prosesi ta'aruf banyak jalannya bisa dengan bertanya langsung pada orangnya, kalau malu bisa nanya pada saudaranya atau temannya atau gurunya. sesuatu yang di awali dengan indah akan berakhir dengan indah. pacaran bertolak belangkang dengan moral, kita lihat yahudi masa-masa remaja mereka dihabaiskan dengan belajar dan terus belajar, ketika ada yang berpacaran itu sudah aib buat dirinya dan keluarganya. kenapa kita umat islam malah membudayakan pacaran, ironis sekali padahal kita tahu hakikat pacaran itu. ingin nikah indah jangan pacaran.

          

0 komentar:

Posting Komentar