“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang membrsihkan diri dengan beriman.Dan ia ingat nama
Rabbnya kemidian ia sholat. Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi sedangkan
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan kekal.” (QS Al A’la : 14-17)
Kala suatu saat dimana Allah akan mengumpulkan seluruh
manusia baik dari Nabi Adam sampai yang terakhir. Dengan datangnya hari itu
pastikan diri kita bahwasannya jangan sampai hidup kita terampas akan kehidupan
yang fana, dan menyingkirkan kita akan tujuan akhirat. Seorang filosofi berkata
“rangkain kehidupan ini tidaklah
sempurna, harus ada langka-langka yang selanjutnya.” Dramatika kehidupan
akanlah sempura kala seseorang mamadukan unsur-unsur duniawi dan akhirat
sebagaiman Allah Subhaanahu wa
ta`alaa berfirman “Dan carilah (pahala) negeri
akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
lupakan bagianmu di dunia…..” (QS
Al Qasas : 77)
Bicara hidup tidak akan lepas dari kehidupan,
sedangkan kehidupan tidak lepas dari dunia. Apa arti sebuah kehidupan tampa ada tujuan yang
jelas? Konsistensi akan sebuah tujuan dan harapan akan mewarnai bingkaian
kehidupan. Perlu diketahui bahawasanya hadaf atau sebuah tujuan akan membawa
seseorang dalam realita kehidupan dunia yang mendadasar dan juga berpengaruh
pada akhiratnya.
Ibnu Qayim
Al Jauziyah berkata : "sebesar-besar keuntungan di dunia adalah
menyibukkan dirimu setiap aktivitas yang akan memberikan manfaatpangbanyak di
hari akhir, menyia-nyiakna waktu lebih berbahaya dari pada kematian, karena
menyia-nyiakan waktu dapat memutuskanmu dari Allah dan hari akhir , sedangkan
kematian memutuskanmu dari dunia dan penghuninya." Dikatakn perdagangan dalam keuntungan yang
besar adalah pemanfaatan waktu untuk perbuatan-perbuatan yang bermanfaat dan
memberikan semangat tesendiri dalam ruangan hidup. Dalam sebuah hadist
mengatakan “ Dua nikmat yang sering di lalaikan kebanyakan manusia adalah
kesehatan dan waktu luang”, kenapa Rasulullah menegaskan hal tersebut? Karena
bahwasannya ke dua nikmat tersebut sangat berarti bagi manusia, apalah arti
hidup tampa ada kesehatan dan apa atri sebuah
kesehatan tampa
adanya waktu yang mengiring kesehatan tersebut.?
Hidup bukan berarti sering kali
menghantuai setiap manusia, membuat seseorang mengalami yang namanya stres dan
di akhiri dengan kekosongan hidup yang menyebabkan sebuah tragedi yaitu bunih
diri. Kenapa? Karena ia tidak mempunya tujuan yang jelas melalaikan setiap waktu, menghabiskan
kesehatannya demi hawa nafsu, ambisinya dunia dan lalainya akan akhirat. Bila
mana seseorang menginginkan duina ia akan mengalami kesenjangan dan kekosongan
yang mendalam, berangan-angan yang berkepanjangan, apabila hati disibukan oleh
ambisi untuk meraih dunia maka ia kotor karena dunia adalah hina dan hidupnya tidak
berarti.
“Wahai orang-orang
yang disibukan dengan pesona dunia, Kau telah tertipu oleh panjangnya
angan-angan,
Kematian itu akan datang tiba-tiba, padahal
alm kubur merupakan tempat menyimpan amal perbuatan”
Dilemanisasi kehidupan adalah di mana mereka
mengaplesiasikan tujuan mereka dan meninggalkan segala sesuatu yang
menghancurkan mereka. Tidak berartinya sebuah kehidupan di mana dunia menjadi
prioritas utama dan menyempingkan akhirat., Allah Subhaanahu wa
ta`alaa berfirman : “Barang siapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan
sempurna) dan mereka di dunia tidak akan rugi.” (QS Hud : 15)
Di
sini sudah jelas, di mana seseorang mencari dunia Allah Subhaanahu wa
ta`alaa akan memberikan apa yang ia hendaki
dengan sempurna bahkan ia tidak akan rugi, tapi ketidak artinya hidupnya akan
berdampak pada akhiratnya sebagai mana Allah Subhaanahu wa ta`alaa berfirman :
“Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan
sia-sialah mereka di sana
apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS Hud : 16)
.
Berapa
banyak orang-orang beranggapan bahwa kehidupan hanya sekali yaitu kehidupan di
dunia, sehingga mereka menghabiskan waktunya memorsir tenaganya demi hawa
nafsunya, kemudia mereka mati dan tetap terlena dengan dunianya. Sering kali
kita mendapatkan slogan-slogan yang berisikan bahwasanya kedamaian dan
kebahagian adalah ketika mendapatkan harta yang melimpah, istri yang cantik,
serta kedudukan yang tingga, dan itu semua tidak diimbangi dengan akhirnya,
maka tiada arti kehidupan bagi mereka, dan sudah pastilah dunia adalah tempat
sementara yang akan membawa kita pada kehidupan akhirat. Allah Subhaanahu
wa ta`alaa berfirman : ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.” (QS, Al-Hadid : 20)
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh al-Bazzar
dan al-Hakim mengatakan bahwasanya Zaid bin Arqam berkata, “Kami pernah bersama
Abu Bakar ash-Shiddiq ra, kemudian ia meminta minuman, maka dibawakan kepadanya
air dan madu. Ketika minuman itu didekatkan ke mulutnya, tiba-tiba ia menangis
sehingga para sahabatpun ikut menangis. Para
sahabat berhenti menangis tapi ia terus menangis. Abu Bakar ra tak henti
menangis sehingga para sahabatnya menduga mereka takkan mampu menanyakan
sebabnya. Hingga akhirnya Abu Bakar ra mengusap kedua matanya, dan segera
para sahabat menanyakan padanya, “Wahai khalifah Rasulullah, apa gerangan
yang menyebabkan engkau menangis?”. Abu bakar ra lantas lantas menjawab,
“(Aku teringat ketika) Pernah aku bersama Rasulullah SAW, kemudian aku melihat
ia menolak sesuatu dari dirinya, padahal aku tidak melihat seorangpun bersama
beliau. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang baru saja
engkau tolak dari dirimu?” Rasulullah menjawab, “Baru saja ‘dunia’ menjelma dalam sesuatu bentuk dari
dirinya. Maka aku berkata padanya, ‘Menjauhlah engkau!’, lalu dunia
itu pergi, namun kembali beberapa saat kemudian dan berkata padaku,
‘Sesungguhnya engkau dapat menyelamatkan diri dariku (pesona dunia), tapi
niscaya orang-orang sesudahmu tidak akan dapat menyelamatkan diri dariku
(pesona dunia). Sudah jelasa bahwa dunia akan membawa
seseorang pada kehinaan dan kehancuran, dan tiada seoranpun yang lolos dari
jeratan-jeratan pesona dunia kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah
Subhaanahu wa ta`alaa.
Dunia
adalah jembatan akhirat, oleh karena itu sebrangilah ia dan janganlah
menjadikan dunia sebagai tujuan.
Jika dunia
menjadi sebuah tujuan maka tiada jembatan yang membawa pada akhirat
Wallahuta`alaa
a`lam bish showaab.
0 komentar:
Posting Komentar